Minggu, 26 Oktober 2008

Tentang Berita Duka Seorang Sahabat

Kemaren sampai kabar ke telinga ku tentang kepergian Ibu seorang sahabat. Berlinang juga air mataku, satu karena Ibunya terbilang sebagai Ibuku juga, dua karena peristiwa itu mengingatkan akan kepergian Bundaku sebelas tahun silam...tiga, semakin memilukan hati karena hari wafat beliau persis dua minggu setelah pernikahan temanku, Yardi.
Kawan, inilah bagian keperihan hidup yang mesti kau hadapi, dibalik canda tawa yang kau punya. Berbalut ketabahan dan kekuatan hati, aku yakin kau sanggup menjalaninya. Memang, kita akan merasa sangat kehilangan karena pernah merasa memilikinya.
Yar, kau beruntung karena sempat menghantar beliau pergi, sempat memapah beliau mengucap kata taubat dan bisa mencium keningnya untuk terakhir kali. Itu cukup bagi beliau sebagai pengobat iba di rimba lara. Kau diberi kesempatan untuk melakukan semua yang aku tidak dapatkan ketika Bundaku pergi.
Sobat, kebahagian orang menghantar itu adalah saat melepas kepergiannya..
Selamat jalan Etek, maaf aku tak sempat melayatmu.